Pengamat: Isu Jual Beli Jabatan Tanda Ketidakmampuan Lawan Politik CEP

SULUT, PELOPORBERITA.ID — Dinamika internal Partai Golkar Sulawesi Utara kian memanas jelang Musyawarah Daerah (Musda) untuk penentuan Ketua DPD I. 

Isu jual beli jabatan di tubuh DPRD Sulut mencuat dan disebut-sebut sebagai upaya menggoyahkan posisi Christiany Eugenia Paruntu (CEP), yang selama ini menjadi figur sentral di Partai Golkar Sulut.

Menanggapi situasi tersebut, pengamat politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISPOL) Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado, Dr. Michael Mamentu, MA., menilai bahwa isu tersebut tidak lepas dari dinamika politik internal partai berlambang pohon beringin itu.

“Penentuan Ketua DPD I Partai Golkar adalah urusan politik. 

Prosesnya juga merupakan proses politik,” kata Mamentu saat dihubungi melalui pesan WhatsApp, Senin (9/6) malam.

Menurutnya, ketika pertarungan dalam forum formal seperti Musda menjadi sulit dimenangkan oleh pihak tertentu, maka tidak menutup kemungkinan strategi alternatif seperti penggiringan isu negatif dimunculkan untuk melemahkan kandidat kuat seperti CEP.

“Begitulah adanya. Jika sulit bertarung di ranah formal Musda, bisa saja dimainkan isu-isu lainnya untuk menggoyahkan posisi CEP. 

Isu jual beli (jabatan) kan sulit untuk dibuktikan secara formal. 

Paling tidak harus ada dua bukti hukum yang dapat diperlihatkan,” ujar Mamentu.

Ia menilai bahwa penyebaran isu semacam ini lebih bertujuan untuk mempengaruhi persepsi publik dan terutama Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar, ketimbang menjadi langkah hukum yang konkret.

“Isu itu dimainkan karena ketidakmampuan menekan dukungan terhadap CEP. 

Harapannya, isu ini akan mempengaruhi sikap DPP terhadap CEP.

Bisa saja target utamanya bukanlah CEP tetapi melemahkan Golkar Sulut. 

Caranya adalah menjegal CEP untuk menjadi Ketua DPD I. 

Artinya ada kemungkinan adanya kepentingan politik eksternal Golkar,” jelasnya.

Lebih jauh, Mamentu juga mempertanyakan apakah di internal Partai Golkar Sulut ada calon kuat lain yang bisa menandingi CEP secara realistis. 

Ia menilai dominasi CEP belum tergoyahkan, kecuali jika ada kekuatan politik besar dari pusat yang mengintervensi langsung.

Musda Partai Golkar Sulut diprediksi akan menjadi panggung pertarungan politik yang tidak hanya berlangsung secara terbuka, tetapi juga melalui manuver-manuver di balik layar. 

Dengan posisi CEP yang sudah lama mendominasi, tekanan dari berbagai arah akan semakin meningkat, baik dalam bentuk dukungan maupun serangan isu politik.

Sebagaimana diketahui, CEP yang juga pernah menjabat sebagai Bupati Minahasa Selatan, masih menjadi figur berpengaruh di lingkup Partai Golkar Sulut dan menjadi salah satu kandidat yang disebut-sebut kembali maju sebagai Ketua DPD I. 

Namun, mencuatnya isu jual beli jabatan di DPRD, kontestasi Musda dipastikan berlangsung panas dan penuh intrik. (RED)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *