Sulut, PELOPORBERITA.ID — Penunjukan Prof. Dr. Starry Rampengan sebagai pimpinan di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado menuai sejumlah sorotan dari berbagai kalangan, termasuk internal rumah sakit dan akademisi.
Sejumlah sumber yang enggan disebutkan namanya menyatakan adanya kekecewaan dan kekhawatiran terhadap efektivitas kepemimpinan yang akan dijalankan oleh Prof. Starry.
Dugaan ketidakefektifan kepemimpinan Prof. Starry mulai mencuat sejak masa jabatannya sebagai kepala bagian di bidang kardiologi.
Beberapa sumber mengungkapkan bahwa dalam lingkup kecil pun, manajemen yang dipimpinnya kerap mengalami ketegangan internal, termasuk konflik dengan sejumlah dokter spesialis jantung yang berujung pada pengunduran diri beberapa di antaranya.
“Sudah lama kami melihat ada persoalan dalam kepemimpinan beliau di bagian jantung.
Banyak dokter yang memilih tidak aktif lagi karena ketegangan yang terjadi,” ujar salah satu narasumber.
Tak hanya itu, beredar pula informasi bahwa terdapat dugaan ketidaksesuaian dalam pengisian Surat Keputusan dosen bagian jantung di Fakultas Kedokteran Unsrat, yang melibatkan nama-nama bukan berasal dari kalangan dosen tetap.
Lebih jauh, Prof. Starry juga dikaitkan dengan sejumlah isu sensitif, seperti dugaan malpraktik, pelanggaran etik, hingga dugaan fraud terhadap pasien peserta BPJS.
Informasi-informasi tersebut belum dapat dipastikan kebenarannya, namun menurut beberapa pegawai rumah sakit, hal ini semestinya menjadi perhatian serius para pengambil kebijakan.
“Bahkan sempat muncul isu adanya tekanan kepada pasien untuk menjalani katerisasi jantung, pasien banyak yang meninggal padahal dari sisi medis belum tentu diperlukan, kami juga mendapat kabar dari asuransi melarang rujuk pasien ke beliau karena tingginya angka kegagalan.
Bahkan beberapa keluarga pasien merasa dirugikan,” ungkap narasumber lainnya.
Selain itu, sempat muncul kabar lama yang menyebutkan bahwa pencalonan Prof. Starry sebagai dekan di Unsrat pernah ditolak karena resistensi dari internal kampus.
Kini, keterpilihannya sebagai pimpinan RS Kandou justru memicu kekhawatiran serupa.
“Kalau mengurus bagian kecil saja sulit, bagaimana mengatasi masalah rumah sakit yang kompleks dan melibatkan ribuan pegawai serta pasien setiap hari?” kata seorang pegawai yang juga meminta namanya dirahasiakan.
Pihak internal rumah sakit menyayangkan proses seleksi yang dianggap minim partisipasi dan transparansi.
Beberapa berharap agar pemimpin RS Kandou berasal dari figur yang bersih, berpengalaman luas, dan memiliki integritas tinggi untuk menangani tantangan di institusi kesehatan rujukan Indonesia Timur tersebut.
Hingga berita ini diterbitkan, redaksi masih berupaya menghubungi Prof. Starry Rampengan untuk meminta klarifikasi langsung atas berbagai tudingan dan kritik yang berkembang.
Adapun media ini akan menunggu klarifikasi resmi dari pihak terkait untuk untuk dimuat pemberitaan selanjutnya.
Sebagaimana amanat UU No. 40 Tahun 1999 tentang Pers, pemberitaan ini disusun dengan menjunjung asas praduga tak bersalah dan membuka ruang hak jawab bagi pihak-pihak yang disebutkan. (TIM)