SULUT Peloporberita.Id- Proses pembahasan Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) tentang Penyelenggaraan Kebudayaan Daerah, kembali bergulir. Dalam kesempatan itu Panitia Khusus (Pansus) Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sulawesi Utara (Sulut) membeberkan hasil kunjungan mereka di Provinsi Bali.
Ketua Pansus Julius Jems Tuuk menyampaikan hasil berguru mereka tentang peraturan daerah (perda) Kebudayaan di Bali. Diuraikannya, penyusunan perda kebudayaan di Bali sudah diterapkan dengan baik. Di sana ada tiga kerajaan dan semua yang bertalian atau berhubungan dengan kebudayaan diakomodir. “Dalam draf pansus bahkan implementasi dalam kebudayaan di Bali itu masuk,” ujar Tuuk.
Lanjutnya, kalau di Sulut hanya ada desa dinas sedangkan keberadaan desa adat sangat minim. “Di Bali itu diatur desa dinas dan adat. Kalau desa dinas dapat dana dari pemerintah pusat sedangkan desa adat dari Pemerintah Provinsi. Yang dibuat di sana sudah dalam bentuk kelembagaan,” ungkap Tuuk.
Ia menjelaskan pula, di Provinsi Bali ada pegiat-pegiat kebudayaan yang diberikan anggaran atau berupa gaji per bulan. Kalau di Bali, mereka adalah ketua lembaga adat di kampung atau kedua pegiat-pegiat adat yang dapat dibuktikan dengan sanggar mereka dan memiliki Anggaran Dasar Anggaran Rumah Tangga, akta notaris. “Dan yang bisa membuktikan bahwa mereka ada temuan temuan baru misalnya ada tarian yang dia ciptakan,” jelas Tuuk.
Dari penilaian Tuuk untuk kondisi kebudayaan di Sulut, banyak yang tidak berkembang. Dari tahun ke tahun tidak ada inovasi yang dimunculkan yang berhubungan dengan kebudayaan daerah. “Kalau kita di sini paling cuma menari kabasaran, kolintang, selain kolintang sudah tidak ada pengembangan, tarian ini sudah lama. Pegiat-pegiat seni yang berkolaborasi dengan cerita kebudayaan kita tidak berkembang. Kalau dulu tarian Kabela (dari Bolaang Mongondow, red) kita buka mata kamari so ada tarian kabela. Sampai hari ini tidak ada tarian lain. Kecuali ada satu tarian yang agak modern di Bolmong, ada satu orang yang ditemukan. Hal seperti ini yang perlu kita bahas dan memberi masukkan ke tim ahli, tujuannya menambah kekayaan kebudayaan yang ada di Sulut,” tuturnya. (*) Donald Audy