Personel Bantuan Polisi di Polsek Tikala Jadi Sasaran Fitnah Usai Amankan Tawuran

Blog151 Dilihat

Manado— Personel Bantuan Polisi (Banpol) di Polsek Tikala menjadi sasaran fitnah dan cemoohan masyarakat di Kelurahan Paal Dua pasca tindakan mereka dalam mengamankan perkelahian antar kampung (Tarkam). Insiden tawuran yang terjadi beberapa hari lalu itu memicu respon cepat dari pihak kepolisian setelah menerima laporan dari masyarakat melalui call center 112 pada hari Sabtu.

Berdasarkan laporan, unit Banpol Polsek Tikala bersama personel lainnya langsung bergerak cepat menuju Tempat Kejadian Perkara (TKP). Namun, saat tim tiba di lokasi, para pelaku yang diduga terlibat tawuran justru melarikan diri. Dalam upaya pengejaran, para pelaku tersebut berlari ke arah posisi para personel Banpol yang sedang berjaga.

Pada saat yang kritis itu, para Banpol berhasil menghentikan pelaku dan saat itu polisi menyita sejumlah barang bukti yang dibawa. Barang bukti yang berhasil diamankan dari pelaku berupa dua buah senjata tajam (sajam) dan sebuah panah wayer. Proses penangkapan inilah yang kemudian memicu kontroversi di masyarakat.

Kontroversi muncul setelah sebuah video yang merekam proses penangkapan tersebut beredar luas di media sosial. Video itu diduga memperlihatkan oknum Banpol sedang melakukan pemukulan terhadap pelaku. Viralnya video tersebut langsung membanjiri media sosial dengan berbagai cemoohan, yang di antaranya secara tidak relevan menyoroti adanya polwan baru di Polsek Tikala.

Menanggapi hal ini, salah satu ketua tim Banpol yang berinisial SZ memberikan klarifikasi. Ia mengonfirmasi bahwa memang terjadi pemukulan, namun menegaskan hal itu dilakukan secara spontan saat pelaku berusaha melarikan diri dan personel yang mengejar berada dalam posisi yang pas untuk menghentikan pelaku. “Torang memang akui ada melakukan pelanggaran pukul terhadap dorang, dan itu sebagai pelajaran untuk menjadi orang baik namun bukan memukul secara brutal atau babak belur, karena torang tau itu hanya sebatas pengajaran saja,” jelas SZ.

SZ menambahkan bahwa insiden ini memicu kesadaran akan posisi mereka yang bukan sebagai anggota Polri tetap. “SZ menambahkan hal ini terjadi bukan karena kami seperti anggota betulan dan kami sadar kami hanya bantuan polisi saja,” ujarnya, menyiratkan dinamika tekanan dan tanggung jawab yang dihadapi para Banpol di lapangan.

Atas insiden yang mencoreng citra kepolisian ini, SZ bersama rekan-rekannya secara terbuka menyampaikan permohonan maaf. Permintaan maaf tersebut ditujukan kepada seluruh masyarakat maupun pihak institusi Kepolisian atas tindakan spontan yang terjadi di lapangan. Mereka berharap kejadian ini dapat dimaklumi dan tidak mengganggu koordinasi keamanan antara polisi dan masyarakat di masa depan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *