Angklin Diduga Dibunuh, BARMAS Tantang Polisi Ungkap Pelaku!

Blog, Regional Sulut555 Dilihat

Jakarta, Peloporberita.id | Kematian tragis Angklin Roring, pria asal Seretan, Tondano, Sulawesi Utara, di Apartemen Metro Sunter, Jakarta Utara, Jumat (14/11/25), kini berubah menjadi misteri kelam yang mengundang kemarahan publik. Dugaan kuat pembunuhan mencuat setelah jenazah korban ditemukan dengan hampir seluruh tubuh dipenuhi luka lebam—kondisi yang jelas tidak wajar untuk peristiwa jatuh dari ketinggian.

Korban disebutkan berada di unit apartemen milik seorang pria bernama Indra Wala, yang diketahui memiliki hubungan pertemanan erat dengan korban karena keduanya berasal dari Sulawesi Utara. Namun alibi dan kronologi yang disampaikan hingga saat ini dinilai penuh kejanggalan.

Salah satu rekan dekat korban mengungkapkan fakta mengejutkan. Beberapa saat sebelum kematian Angklin, ia menerima pesan singkat yang kini menjadi bukti kunci:

“Tolong saya, mereka mo bunuh saya.”

Setelah pesan itu terkirim, nomor korban langsung tidak aktif. Fakta ini memperkuat dugaan bahwa Angklin sedang berada dalam ancaman nyata sebelum tewas. Dilansir dari media Maesaanwayanews.com

Ketua Umum Barisan Masyarakat Adat Sulawesi Utara (Barmas), Jenly Kawilarang, menyampaikan pernyataan resmi yang bernada keras. Ia mengecam tindakan-tindakan mencurigakan yang berpotensi mengarah pada dugaan pembunuhan berencana.

“Aparat penegak hukum wajib bertindak tegas, cepat, dan tanpa pandang bulu. Ini nyawa manusia, bukan perkara kecil. Jangan ada yang ditutup-tutupi. Jangan ada upaya melindungi pelaku hanya karena dikaitkan dengan tokoh penting atau anggota DPR-RI.”

Jenly menegaskan, jika ada intervensi atau upaya mengaburkan fakta, Barmas akan turun langsung dan melakukan langkah hukum.

“Kami akan mengawal ketat kasus ini sampai tuntas. Kalau ada yang bermain-main, kami lawan.”

Kasus kematian Angklin Roring kini menjadi sorotan tajam publik, khususnya masyarakat Sulawesi Utara. Banyak pihak menyerukan agar Polres Metro Jakarta Utara dan Polda Metro Jaya tidak mengulur waktu, memeriksa semua saksi, menyita bukti digital, menelusuri pesan terakhir korban, dan segera menetapkan tersangka bila ditemukan unsur pidana.

Kematian dengan jejak kekerasan seperti ini tidak bisa dianggap sebagai kecelakaan.
Ini adalah alarm keras bahwa ada dugaan kejahatan serius yang harus segera diusut tuntas.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *