Ratusan Warga Ratatotok Blokir Jalan Tambang, Protes Penutupan dan Tuntut Keadilan

Blog22 Dilihat

Sulawesi Utara — peloporberita.id | Ratusan warga dari Kecamatan Ratatotok, Kabupaten Minahasa Tenggara, menggelar aksi demonstrasi dan memblokir akses jalan menuju lokasi tambang emas yang selama ini mereka kelola.

Aksi ini merupakan bentuk protes terhadap razia penertiban tambang rakyat yang dilakukan aparat, yang mengakibatkan puluhan alat berat (excavator) diturunkan paksa dari lokasi tambang.

Dalam video yang beredar luas di media sosial, massa terlihat menyampaikan tuntutan mereka agar penertiban dilakukan secara adil dan menyeluruh, tidak hanya menyasar penambang rakyat. Mereka menuding adanya ketimpangan penegakan hukum, di mana perusahaan-perusahaan besar masih bebas beroperasi, sementara tambang rakyat dipaksa tutup.

“Jangan cuma rakyat kecil yang ditutup, tapi perusahaan-perusahaan besar dibiarkan terus menggali kekayaan alam kami,” teriak seorang ibu dalam aksi tersebut. Senin 15/09/2025

Demo ini mencerminkan keresahan masyarakat atas kesenjangan sosial yang kian terasa di wilayah tambang. Para penambang lokal menyatakan bahwa aktivitas tambang rakyat selama ini menjadi satu-satunya sumber penghidupan mereka.

“Kami hanya ingin mencari sesuap nasi untuk anak dan istri kami. Jika tambang ditutup tanpa solusi, kami akan mati perlahan,” ujar seorang penambang yang ikut dalam aksi.

Mereka mendesak pemerintah daerah dan pusat untuk membuka ruang dialog dan mencari solusi yang tidak merugikan masyarakat kecil. Warga berharap ada regulasi yang berpihak kepada penambang rakyat agar aktivitas bisa berjalan secara legal dan berkelanjutan.

Di sisi lain, sorotan publik juga tertuju pada perilaku sejumlah oknum yang diduga merupakan bos tambang ilegal. Mereka disebut-sebut sering memamerkan kekayaan secara berlebihan, termasuk aksi sawer uang hingga ratusan juta rupiah kepada penyanyi dalam acara

Tindakan tersebut menuai kritik tajam dari masyarakat karena dianggap tidak etis dan menyakiti hati rakyat kecil. Banyak pihak menilai, jika uang sebanyak itu jika disalurkan kepada fakir miskin, lansia, atau anak yatim, dampaknya akan jauh lebih positif.

“Ketika tambang ditutup, mereka yang selama ini foya-foya justru paling keras berteriak. Ini ironi,” ungkap seorang warga.

Aksi blokade dan demonstrasi hari ini menjadi momentum bagi pemerintah untuk lebih bijak dalam mengambil kebijakan terkait pertambangan rakyat. Masyarakat berharap adanya solusi yang adil dan berpihak pada kesejahteraan warga lokal, tanpa mengabaikan aspek hukum dan lingkungan.
(Stefanus)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *