Pendidikan Spesialis Hospital-Based Dimulai di RS Kandou: Menjadi Terobosan Baru

Berita6 Dilihat

Manado, peloporberita.id — Langkah awal dalam pendidikan program spesialis berbasis rumah sakit (hospital-based) telah dimulai dengan ditunjuknya Bagian Bedah RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado sebagai tempat ujian bagi peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Bedah.

Keputusan ini menandai perubahan signifikan dalam sistem pendidikan dokter spesialis yang sebelumnya sepenuhnya dikelola oleh fakultas kedokteran (university-based).

Perubahan sistem pendidikan ini selaras dengan kesepakatan yang telah dicapai antara Menteri Kesehatan dan Menteri Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi.

Dengan dilaksanakannya ujian ini, wacana mengenai sistem hospital-based tidak lagi sekadar rencana, tetapi telah menjadi kenyataan.

Model pendidikan berbasis rumah sakit ini membawa harapan baru bagi Sulawesi Utara, yang selama ini menghadapi berbagai permasalahan dalam sistem university-based.

Salah satu permasalahan utama yang sering muncul adalah dugaan adanya pungutan liar (pungli) dalam penerimaan mahasiswa PPDS.

Biaya masuk yang disebut sebagai “uang muka” atau “uang pembangunan” diduga mencapai miliaran rupiah, yang menyebabkan banyak calon dokter spesialis yang mampu belajar dan mengikuti pendidikan terhambat dalam melanjutkan pendidikan mereka.

Bahkan, beberapa anak dokter sendiri dikabarkan kesulitan membayar biaya tersebut.

Dengan adanya sistem hospital-based, praktik-praktik yang tidak transparan dapat diminimalisir, sehingga lebih banyak dokter yang memiliki kompetensi optimal bisa mengakses pendidikan spesialis tanpa kendala finansial yang tidak wajar.

Keputusan Kolegium Bedah Indonesia menunjuk Manado sebagai salah satu lokasi pelaksanaan ujian nasional profesi bedah menjadi langkah maju bagi pendidikan kedokteran di ‘Tanah Nyiur Melambai’ ini.

Hal ini menandakan kepercayaan terhadap kualitas pendidikan bedah di Sulawesi Utara dan juga sebagai bukti bahwa daerah ini siap bersaing di tingkat nasional.

Namun, di tengah terobosan positif ini, masih terdapat sejumlah permasalahan dalam pengelolaan PPDS secara university-based.

Menurut sumber terpercaya yang enggan namanya disebut menyebutkan adanya tindakan yang dinilai semena-mena dalam penerimaan mahasiswa PPDS, termasuk perubahan kuota antar bagian tanpa mempertimbangkan standar akademik yang berlaku.

Sebagai contoh, bagian Jantung dan Pembuluh Darah disebut-sebut mendapatkan tambahan kuota dengan mengambil jatah dari bagian lain.

Padahal, saat ini bagian tersebut hanya memiliki empat dosen aktif setelah sembilan dosen lainnya mengundurkan diri.

Keputusan ini menimbulkan pertanyaan mengenai dasar perhitungan kuota mahasiswa baru.

Di sisi lain, jumlah penerimaan mahasiswa PPDS Penyakit Dalam juga meningkat, meskipun mereka menghadapi kendala besar dalam menjalani praktik karena belum adanya rumah sakit yang siap menerima mereka akibat kebijakan Kementerian Kesehatan.

Kondisi ini memperlihatkan kurangnya koordinasi dalam pengelolaan pendidikan spesialis yang university-based, sehingga semakin memperkuat urgensi peralihan ke sistem hospital-based.

Pendidikan dokter spesialis berbasis rumah sakit di RS Kandou menjadi langkah awal dalam reformasi sistem pendidikan kedokteran di Indonesia.

Model ini diharapkan dapat meningkatkan aksesibilitas dan transparansi pendidikan spesialis, sekaligus mengurangi potensi praktik pungli yang selama ini menjadi keluhan utama.

Dalam konteks pengelolaan akademik, sejumlah pihak menyoroti kebijakan Rektor yang dinilai kurang transparan dalam pengambilan keputusan, terutama dalam penentuan kuota mahasiswa PPDS.

Proses pemilihan Rektor yang dikabarkan sumber terpercaya memiliki celah administratif turut menjadi bahan perbincangan di kalangan akademisi dan tenaga medis.

Terlepas dari tantangan yang ada, gebrakan hospital based ini tetap disambut dengan harapan besar.

Banyak yang berharap bahwa sistem baru ini dapat memperbaiki tata kelola pendidikan dokter spesialis di Indonesia, terutama dalam mengurangi praktik-praktik yang merugikan calon dokter spesialis berbakat.

Namun, tantangan masih ada, terutama dalam memastikan transisi dari university-based ke hospital-based berjalan dengan baik dan tidak menimbulkan permasalahan baru.

Semua pihak diharapkan dapat berperan aktif dalam mengawal perubahan ini demi kemajuan dunia kedokteran di Indonesia, khususnya di Sulawesi Utara.

Adapun Sumber yang enggan namanya disebut menambahkan “seorang pemimpin, jika ingin menarik orang-orang berkualitas, maka kuncinya harus menjadi sosok yang berkualitas. Bukan sosok yang ada karena proses tambal sulam,” tambah sumber.

ICAN.P

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *