Manado, Peloporberita.id — Kinerja Rektor Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado kembali menjadi sorotan.
Seorang sumber terpercaya yang enggan disebutkan namanya mengungkapkan berbagai permasalahan yang terjadi di kampus, terutama terkait dengan pengelolaan fakultas kedokteran.
Sumber tersebut menyoroti penggunaan hak prerogatif rektor yang dinilai tidak tepat.
Salah satu permasalahan utama adalah minimnya fasilitas pendidikan di Fakultas Kedokteran, meskipun UKT yang dibebankan kepada mahasiswa terbilang tinggi.
Ironisnya, terdapat dugaan bahwa fasilitas yang layak justru hanya tersedia di ruangan yang digunakan oleh mahasiswa tertentu, termasuk anak dari petinggi universitas.
Selain itu, dugaan intervensi dalam penerimaan mahasiswa baru jalur mandiri T2 tahun 2023 lalu juga mencuat.
Rektor diduga mengganti jumlah soal ujian masuk dari 3.000 menjadi hanya 180 soal, yang dinilai memudahkan kelulusan peserta tertentu.
Bahkan,diduga istri rektor dikabarkan turut terlibat dalam penyusunan soal baru yang diadaptasi dari buku latihan soal yang dijual di tokoh terkemuka.
Terkait transparansi anggaran, para dosen dan mahasiswa mempertanyakan realisasi janji rektor yang akan mengembalikan 65 persen dana ke fakultas.
Pada kenyataannya, kondisi fasilitas dan kesejahteraan dosen masih jauh dari kata ideal.
Dugaan bahwa Fakultas Kedokteran dijadikan sebagai ‘mesin ATM’ bagi pihak tertentu semakin menguat dengan berbagai keluhan yang beredar di kalangan civitas akademika.
Salah satu insiden yang mencerminkan buruknya manajemen rektorat adalah pengiriman air mineral yang sudah kedaluwarsa kepada salah satu bagian di fakultas.
Hal ini dinilai sebagai bentuk kelalaian yang semakin menggerus kepercayaan terhadap kepemimpinan rektor saat ini.
Para mahasiswa dengan semangat menceritakan fasilitas yang kurang, bahkan disebut barang busuk yang sudah jadul masih tetap dipertahankan.
Sementara Rektor rajin mengumpulkan rupiah untuk memperkaya diri dapat dilihat dari aset-aset baru yang hadir setelah terpilih.
Mahasiswa pun merasa kecewa dengan besarnya UKT yang tidak berimbang dengan fasilitas yang mereka dapatkan.
Mereka juga menyoroti kesenjangan antara perlakuan terhadap anak pejabat dengan mahasiswa biasa, yang mencerminkan ketidakadilan di lingkungan kampus.
Di tengah kondisi ini, muncul pertanyaan mengenai apakah pihak berwenang, termasuk Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), akan turun tangan untuk menyelidiki dugaan penyalahgunaan kewenangan di Unsrat?
Para mahasiswa menegaskan bahwa meskipun mereka merasa terintimidasi, mereka tetap memiliki hak untuk menyuarakan ketidakadilan yang mereka alami.
Mereka juga merasa prihatin dengan dosen-dosen yang setia mengajar tapi tidak menerima kompensasi yang sesuai.
Padahal kerja dosen banyak dan sulit. Bahkan ada seorang mahasiswa tidak mau bercita cita jadi dosen apalagi melihat banyak demo mengenai gaji dosen. Kata sumber
Mahasiswa merasa kasian dengan dosen fakultas kedokteran yang hidupnya hanya berharap dari gaji dosen tapi tetap mengajar.
Mereka juga mendengar bahwa dosen-dosen kesulitan untuk diakomodir penelitiannya karena Rektor dan petinggi yang berkewenangan di penelitian hanya memilih orang-orangnya untuk akomodir penelitian.
Apalagi ketua LPPM hanya memilih orang, bukan mengajarkan kepada para dosen kuncinya apa sehingga penelitian bisa lolos. Ujar sumber
Semua berdasarkan prinsip suka dan tidak suka (like and dislike), bukan untuk membangun suatu institusi ke arah yang lebih baik.
Para mahasiswa juga merasa miris dengan perbedaan yang terjadi antara anak Rektor/pejabat dengan yang bukan.
Menandakan adanya ketidakadilan. Sementara yang lain berkomentar bahwa jabatan hanya bersifat sementara.
Beberapa tahun lagi anak Rektor menjadi anak bukan siapa-siapa.
Seorang mahasiswa menambahkan mungkin ada saatnya kita tidak berdaya mencegah ketidakadilan, tapi tidak seorangpun yang bisa mencegah jika kita protes.
Ketika ketidakadilan menjadi hukum, maka perlawanan menjadi kewajiban dan ketidakadilan tidak akan memerintah selamanya.
Wah ternyata banyak mahasiswa kedokteran yang idealis dan kritis. Tambah sumber
Mudah-mudahan adik-adik bisa menjadi pemimpin bersih dan idealis di kemudian hari. Tutup sumber terpercaya tersebut
Kritik ini mencerminkan harapan besar agar institusi pendidikan dapat dikelola dengan lebih transparan, adil, dan profesional.
Saat awak media mengonfirmasi kepada juru bicara Unsrat Mner Philip Regar memlalui pesan WhatsApp dengan nomor 0812430XXXX masih belum memberikan tanggapannya, hingga berita ini diterbitkan.
Adapun media ini masih menunggu respon resmi dari pihak terkait untuk memberikan klarifikasi dalam berita lanjutan, terimakasih.
Ican. P