Manado, Peloporberita.id — Kebijakan Rektor Universitas Sam Ratulangi (Unsrat), yang juga menjabat sebagai Plt. Dekan Fakultas Kedokteran, menuai kritik tajam.
Sumber terpercaya yang enggan disebutkan namanya mengungkapkan bahwa pelantikan mewah di sebuah hotel berbintang pada hari Selasa lalu dianggap tidak mencerminkan prinsip hidup sederhana yang dianjurkan pemerintah.
Padahal, di dalam lingkungan Unsrat sendiri tersedia gedung-gedung representatif seperti Auditorium Unsrat dan Gedung Fakultas Kedokteran yang dapat digunakan untuk acara tersebut.
Keputusan untuk menggelar acara di hotel berbintang dinilai tidak peka terhadap kondisi Fakultas Kedokteran yang masih menghadapi berbagai permasalahan mendasar.
Fasilitas Fakultas Kedokteran yang memprihatinkan, Alih-alih menggelar pelantikan mewah, dana yang digunakan seharusnya bisa dialokasikan untuk memperbaiki berbagai fasilitas di Fakultas Kedokteran yang dinilai jauh dari kata layak.
Sumber tersebut mengungkapkan bahwa toilet di fakultas tersebut dalam kondisi tidak memadai lampu mati, bau tidak sedap, dan tidak terawat.
“Toilet adalah cermin kebersihan sebuah institusi, apalagi ini Fakultas Kedokteran yang seharusnya menjadi contoh dalam hal kebersihan,” ujarnya
Selain itu, laboratorium preklinik juga menjadi sorotan. Peralatan yang digunakan sudah usang dan kurang memadai untuk mendukung pembelajaran mahasiswa. Bahkan, kondisi ini disebut berdampak pada pemahaman mahasiswa.
“Ada mahasiswa yang sudah masuk tahap Koas tapi masih bingung dengan anatomi tubuh.
Saat ditanya letak tulang tibia, dia menjawab di lengan. Ini menunjukkan alat peraga yang kurang berkualitas,” lanjutnya.
Tidak hanya itu, ruang kuliah di Fakultas Kedokteran juga dilaporkan dalam kondisi yang tidak layak.
Pendingin ruangan banyak yang rusak, lingkungan kumuh, serta kapasitas ruang tidak memadai untuk jumlah mahasiswa yang ada.
Hal ini berbanding terbalik dengan biaya Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang dibayarkan oleh mahasiswa yang terbilang tinggi.
Keputusan Rektor Unsrat untuk merangkap jabatan sebagai Plt. Dekan Fakultas Kedokteran juga dipertanyakan.
Sumber tersebut menilai Rektor kurang memahami kondisi di fakultas yang dipimpinnya.
“Selama hampir dua bulan menjabat Plt. Dekan, apakah Rektor tahu di mana saja ruang kuliah mahasiswa kedokteran?
Pernahkah dia melakukan supervisi ke kampus Malalayang atau ruang-ruang asisten di rumah sakit?” katanya.
Lebih jauh, kebijakan Rektor dalam mengangkat sejumlah dosen yang sudah pensiun sebagai Plt. Kepala Bagian juga dianggap kontroversial.
Padahal, masih banyak dosen yang lebih muda dan memenuhi kriteria untuk mengisi jabatan tersebut.
Bahkan, beberapa dosen yang sudah diangkat secara definitif malah digantikan sebelum masa jabatannya berakhir.
“Kebijakan ini menimbulkan pertanyaan. Apakah ini karena Rektor tidak memahami aturan atau sengaja melanggarnya?” ujar sumber tersebut.
Berbagai permasalahan ini menimbulkan kritik bahwa Rektor Unsrat dinilai kurang memiliki skala prioritas dalam kepemimpinannya.
Kurangnya pengalaman manajerial sebelum menjabat disebut sebagai salah satu faktor yang menyebabkan berbagai kebijakan kontroversial.
“Seorang pemimpin harus visioner, mengetahui jalannya, dan menjadi teladan bagi bawahannya. Jangan hanya menjadikan kata ‘integritas’ sebagai slogan di spanduk kampus tanpa bukti nyata,” tutup sumber tersebut.
Dengan berbagai polemik yang terjadi, pihak kampus diharapkan segera melakukan evaluasi terhadap kebijakan yang diambil, khususnya terkait alokasi anggaran dan peningkatan fasilitas pendidikan demi kepentingan mahasiswa dan dosen di Fakultas Kedokteran Unsrat.
Saat awak media mengonfirmasi ke pihak terkait dengan nomor 0823484XXXXX masih belum memberikan tanggapannya.
Adapun media masih menunggu respon resmi atau memberi kesempatan kepada pihak terkait untuk memberikan klarifikasi dalam berita lanjutan.
ICAN. P